وَالْإِخْلَاصُ مَبْدَؤُنَا
Oleh : KH. FATHULLAH
MANSHUR, Lc.
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
I. BISMILLAHIRROMAANIRROHIIM
-
Allah Ghoyatuna " Tujuan, titik akhir, eind
punt.
-
Ikhlas adalah Mabda’ " Pancang tolak, starting
point.
-
Ada korelasi antara tujuan – ghoyah dengan mabda’. Bisa saja kita
berkata : Allah adalah Mabda’ kita " Allahpun adalah tujuan
kita.
إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُوْنَ.
Ada contoh
kalimat lain yang sama seperti kalimat taqwa. (Bisa dijadikan dasar amal juga
bisa dijadikan tujuan amal).
Tatkala
dijadikan dasar amal :
ô`yJsùr& [¢r& ¼çmuZ»uø^ç/ 4n?tã 3uqø)s? ÆÏB «!$# AbºuqôÊÍur .... ÇÊÉÒÈ {التوبة
(٩):۱٠٩}
Taqwa
disebut tujuan/target.
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ {البقرة
(٢):۱٨٣}
-
Atau contoh lain. Dzikir
Dzikir jadi dasar dari sholat.
Dzikir jadi tujuan dari sholat
-
Tapi saya ingin mengajak terlebih dahulu maksud dari founding father
PUI menjadikan Allahu – Ghoyatuna – wal ikhlashu mabda’una.
-
Ini adalah satu gambaran bahwa amal-amal dhohir harus dimulai dari
bathin. Infra structure dimulai dari supra structure.
-
Perbaikan dunia (ikhlasus Tsamaniyyah) serta amal-amal kita berdasar
kepada jiwa-jiwa yang kuat.
-
Perbaikan dhohir dari perbaikan bathin.
Dunia beres dengan beresnya bathin/hati.
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
Akhiratpun demikian
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا
بَنُوْنَ إِلَّا مَنْ آتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
II. ARTI IKHLAS
Masdar dari
Akhlasa – yukhlishu. Diambil dari kata KHA – LA – SHO yang bermakna suci kata
kholis hampir sema’na dengan kata shafi – bersih.
قَالَ
الْكَفَوِى : اَلْإِخْلَاصُ هُوَ اَلْقَصْدُ بِالْعِبَادَةِ إِلَى أَنْ يَعْبُدَ
بِهَا الْمَعْبُوْدَ وَحْدَهُ.
“Beribadah
dengan meniatkan penyembahan terhadap sesuatu yang disembah”.
قَالَ الْجُرْجَانِى : أَلَا تَطْلُبُ
لِعَمَلِكَ شَاهِدًا غَيْرَ اللهِ
“Engkau tidak meminta
orang lain sebagai saksi dalam beramal, tapi hanya Allah Swt sematalah yang
menjadi saksi.”
قَالَ سَهلُ التُّسْتُوْرِى : أَنْ
تَكُوْنَ حَرَكَتُهُ وَسُكُوْتُهُ فِيْ سِرِّهِ وَعَلَانِيَّتِهِ لِلّٰهِ تَعَالَى
لَا يُمَازِجُهُ شَيْئٌ لَا نَفْسٌ وَلَا هَوًى وَلَا دُنْيًا.
“Semua
gerakan dan diamnya seseorang baik secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan, tidak pernah terbersit dilakukan kecuali untuk Allah Swt.
Selain itu tidak pula ia mendua (dalam tujuannya) baik berupa manusia, hawa
nafsu, maupun tujuan dunia lain.
III. KEUTAMAAN DAN BUAH DARI
KEIKHLASAN
1. Ikhlas adalah akhlaq Nabi
yang paling agung dari akhlaqnya yang agung.
2. Ikhlas adalah washiyat
Allah kepada seluruh utusan dan hamba-Nya.
3. Implementasi tauhid dalam
tindakan dan asas dalam beragama.
4. Salah satu dari dua
syarat diterimanya amal.
5. Dapat memurnikan hati
dari dengki dan hasad.
6. Menimbulkan ketenangan
dan kedamaian hati.
7. Menguatkan jiwa.
8. Mendapatkan pemahaman
ilmu dan hikmah dari Allah Swt.
9. Allah Swt mewasiatkan
orang-orang yang ikhlas kebada nabi-Nya.
10. Amal yang
berkesinambungan adalah buah dari keikhlasan.
11. Mendapat pahala tanpa
beramal melalui keikhlasan.
12. Meraih dukungan dari
penghuni langit dan bumi.
13. Akan dijauhkan dari
fahsya dan munkar.
14. Setan tidak dapat
menguasai orang-orang yang ikhlas.
15. Ikhlas dapat melapangkan
kesulitan dan duka cita.
16. Ikhlas adalah kunci
penyelamat dalam kegentingan.
17. Akan mendapatkan husnul
khotimah.
18. Mendapat nikmat di dalam
kubur.
19. Hapusnya dosa dan selamat
dari neraka.
20. Penghuni syurga adalah
orang-orang yang ikhlas.
21. Mendapatkan keridhoan
Allah Swt.
IV. CARA-CARA MENGGAPAI
KEIKHLASAN
1. Memohon/berharap diberi
keikhlasan oleh Allah Swt.
2. Mengetahui makna dan buah
dari keikhlasan.
3. Khawatir akan tergelincir
dari ketidak ikhlasan yang berakibat ditolaknya amal.
4. Memahami dan meyakini
sifat-sifat Allah (Sami’un, Bashirun dan lain sebagainya).
5. Membaca riwayat
orang-orang yang ikhlas.
6. Mengingat sifat dunia
yang fana.
7. Menjadikan orang-orang
yang ikhlas sebagai kawan.
8. Muhasabah dan mujahadah.
9. Berkeinginan keras untuk
tidak memperlihatkan amal.
10. Menyediakan waktu untuk
menyendiri.
11. Tidak berharap sesuatu
yang ada di tangan manusia.
12. Takut akan suul khotimah.
13. Meresapi keadaan manusia
pada hari qiyamat dan akhirat.
14. Takut akan siksa api
neraka.
15. Meresapi/tafakkur akan
nikmat syurga.
V. CIRI-CIRI UTAMA
KEIKHLASAN
1. Relative lebih banyak
menyalahkan dirinya sendiri.
2. Tidak terkecoh dengan
pujian manusia.
3. Berupaya menyembunyikan
amal kebaikan.
4. Khawatir akan
kepopuleran.
5. Tetap melakukan
kerja/amal yang terbaik, baik tatkala memimpin ataupun tatkala dipimpin.
6. Jauh dari pembesar
Negara.
7. Tamak (kadedemes) atas
amal yang manfaatnya dirasakan oleh orang lain.
8. Menyenangi (senang,
gembira) akan pemberian Allah kepada Mukmin yang lain.
9. Tidak terpengaruh oleh
pemberian orang lain atau sebaliknya.
10. Sabar atas perjalanan
yang panjang.
وَاللهُ أَعْلَمُ
*) Sumber bacaan :
-
Al Qurän
-
Al Hadits
Mausu’ah min akhlaqir
Rosul, Mahmud Al Mishry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar