Halaman

Kamis, 16 April 2020

ikhlas mabdauna

وَالْإِخْلَاصُ مَبْدَؤُنَا
Oleh : KH. FATHULLAH MANSHUR, Lc.
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

I.     BISMILLAHIRROMAANIRROHIIM
-      Allah Ghoyatuna " Tujuan, titik akhir, eind punt.
-      Ikhlas adalah Mabda’ " Pancang tolak, starting point.
-      Ada korelasi antara tujuan – ghoyah dengan mabda’. Bisa saja kita berkata : Allah adalah Mabda’ kita " Allahpun adalah tujuan kita.
إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ.
Ada contoh kalimat lain yang sama seperti kalimat taqwa. (Bisa dijadikan dasar amal juga bisa dijadikan tujuan amal).
Tatkala dijadikan dasar amal :
ô`yJsùr& š[¢r& ¼çmuZ»uø^ç/ 4n?tã 3uqø)s? šÆÏB «!$# AbºuqôÊÍur .... ÇÊÉÒÈ  {التوبة (٩):۱٠٩}
Taqwa disebut tujuan/target.
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  {البقرة (٢):۱٨٣}
-      Atau contoh lain. Dzikir
Dzikir jadi dasar dari sholat.
Dzikir jadi tujuan dari sholat
-      Tapi saya ingin mengajak terlebih dahulu maksud dari founding father PUI menjadikan Allahu – Ghoyatuna – wal ikhlashu mabda’una.
-      Ini adalah satu gambaran bahwa amal-amal dhohir harus dimulai dari bathin. Infra structure dimulai dari supra structure.
-      Perbaikan dunia (ikhlasus Tsamaniyyah) serta amal-amal kita berdasar kepada jiwa-jiwa yang kuat.
-      Perbaikan dhohir dari perbaikan bathin.
Dunia beres dengan beresnya bathin/hati.
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
Akhiratpun demikian
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُوْنَ إِلَّا مَنْ آتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
II.    ARTI IKHLAS
Masdar dari Akhlasa – yukhlishu. Diambil dari kata KHA – LA – SHO yang bermakna suci kata kholis hampir sema’na dengan kata shafi – bersih.
قَالَ الْكَفَوِى : اَلْإِخْلَاصُ هُوَ اَلْقَصْدُ بِالْعِبَادَةِ إِلَى أَنْ يَعْبُدَ بِهَا الْمَعْبُوْدَ وَحْدَهُ.
“Beribadah dengan meniatkan penyembahan terhadap sesuatu yang disembah”.
قَالَ الْجُرْجَانِى : أَلَا تَطْلُبُ لِعَمَلِكَ شَاهِدًا غَيْرَ اللهِ
“Engkau tidak meminta orang lain sebagai saksi dalam beramal, tapi hanya Allah Swt sematalah yang menjadi saksi.”
قَالَ سَهلُ التُّسْتُوْرِى : أَنْ تَكُوْنَ حَرَكَتُهُ وَسُكُوْتُهُ فِيْ سِرِّهِ وَعَلَانِيَّتِهِ لِلّٰهِ تَعَالَى لَا يُمَازِجُهُ شَيْئٌ لَا نَفْسٌ وَلَا هَوًى وَلَا دُنْيًا.
“Semua gerakan dan diamnya seseorang baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, tidak pernah terbersit dilakukan kecuali untuk Allah Swt. Selain itu tidak pula ia mendua (dalam tujuannya) baik berupa manusia, hawa nafsu, maupun tujuan dunia lain.
III.    KEUTAMAAN DAN BUAH DARI KEIKHLASAN
1.     Ikhlas adalah akhlaq Nabi yang paling agung dari akhlaqnya yang agung.
2.     Ikhlas adalah washiyat Allah kepada seluruh utusan dan hamba-Nya.
3.     Implementasi tauhid dalam tindakan dan asas dalam beragama.
4.     Salah satu dari dua syarat diterimanya amal.
5.     Dapat memurnikan hati dari dengki dan hasad.
6.     Menimbulkan ketenangan dan kedamaian hati.
7.     Menguatkan jiwa.
8.     Mendapatkan pemahaman ilmu dan hikmah dari Allah Swt.
9.     Allah Swt mewasiatkan orang-orang yang ikhlas kebada nabi-Nya.
10.  Amal yang berkesinambungan adalah buah dari keikhlasan.
11.  Mendapat pahala tanpa beramal melalui keikhlasan.
12.  Meraih dukungan dari penghuni langit dan bumi.
13.  Akan dijauhkan dari fahsya dan munkar.
14.  Setan tidak dapat menguasai orang-orang yang ikhlas.
15.  Ikhlas dapat melapangkan kesulitan dan duka cita.
16.  Ikhlas adalah kunci penyelamat dalam kegentingan.
17.  Akan mendapatkan husnul khotimah.
18.  Mendapat nikmat di dalam kubur.
19.  Hapusnya dosa dan selamat dari neraka.
20.  Penghuni syurga adalah orang-orang yang ikhlas.
21.  Mendapatkan keridhoan Allah Swt.
IV.    CARA-CARA MENGGAPAI KEIKHLASAN
1.     Memohon/berharap diberi keikhlasan oleh Allah Swt.
2.     Mengetahui makna dan buah dari keikhlasan.
3.     Khawatir akan tergelincir dari ketidak ikhlasan yang berakibat ditolaknya amal.
4.     Memahami dan meyakini sifat-sifat Allah (Sami’un, Bashirun dan lain sebagainya).
5.     Membaca riwayat orang-orang yang ikhlas.
6.     Mengingat sifat dunia yang fana.
7.     Menjadikan orang-orang yang ikhlas sebagai kawan.
8.     Muhasabah dan mujahadah.
9.     Berkeinginan keras untuk tidak memperlihatkan amal.
10.  Menyediakan waktu untuk menyendiri.
11.  Tidak berharap sesuatu yang ada di tangan manusia.
12.  Takut akan suul khotimah.
13.  Meresapi keadaan manusia pada hari qiyamat dan akhirat.
14.  Takut akan siksa api neraka.
15.  Meresapi/tafakkur akan nikmat syurga.
V.    CIRI-CIRI UTAMA KEIKHLASAN
1.     Relative lebih banyak menyalahkan dirinya sendiri.
2.     Tidak terkecoh dengan pujian manusia.
3.     Berupaya menyembunyikan amal kebaikan.
4.     Khawatir akan kepopuleran.
5.     Tetap melakukan kerja/amal yang terbaik, baik tatkala memimpin ataupun tatkala dipimpin.
6.     Jauh dari pembesar Negara.
7.     Tamak (kadedemes) atas amal yang manfaatnya dirasakan oleh orang lain.
8.     Menyenangi (senang, gembira) akan pemberian Allah kepada Mukmin yang lain.
9.     Tidak terpengaruh oleh pemberian orang lain atau sebaliknya.
10.  Sabar atas perjalanan yang panjang.

وَاللهُ أَعْلَمُ





*) Sumber bacaan :
-      Al Qurän
-      Al Hadits
Mausu’ah min akhlaqir Rosul, Mahmud Al Mishry 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar