Halaman

Rabu, 03 Oktober 2012

Macam-macam Instrumen Penilaaian Hasil Belajar (Tes dan Nontes)


PEMBAHASAN
Macam-macam Instrumen Penilaaian Hasil Belajar (Tes dan Nontes)
1.Instrument Tes
Tes bisa didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Bila dilihat dari konstruksinya maka tes dapat diklasifikasikan menjadi[1]:
a.      Tes Essay (Uraian)
*      Pengertian Tes Essay (Uraian)
Tes essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dengan cara mngekspresikan pikiran peserta tes. Cirri khas tes essay adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang menbuat butir soal, tetapi harus dibuat oleh peserta tes. Jadi yang membedakan tipe soal objektif dan tipe soal uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternative jawaban terhadap soal atau tugas yang diberikan. Butir soal uraian hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas (kadang-kadang juga harus disertai dnegan beberapa ketentuan dalam menjawab soal tersebut). Dan jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh peserta tes. Setiap peserta tes harus dapat memilih, menghubungkan dan menyampaikan gagasannya dnegan menggunakan kata-katanya sendiri. Dengan pengertian ini maka akan segera kelihatan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin diberikan secara objektif.
*      Kelebihan Tes Essay (Uraian)
1)      Tes essay dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
2)      Tes bentuk uraian terutama menekankan pada pengukuran kemampuan  dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya
3)      Bentuk tes essay lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes yang lain.
4)      Memudahkan guru untuk menyusun butir soal.
5)      Tes essay sangat menekankan pada keterampilan menulis. Karena sangat mendorong siwa dan guru untuk belajar dan mengajar menyatakan pikiran secara tertulis[2].
*      Kelemahan Tes Essay (Uraian)
1)      Reliabilitas rendah. Artinya skor yang didapat peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel diuji ulang beberapa kali.
2)      Untuk menyelesaikan tes essay dengan baik peserta tes dan guru harus menyediakan waktu yang cukup.
3)      Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
4)      Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama membedakan prestasi belajar antar siswa.
*      Penggunaan Tes Essay (Uraian)
1)      Bila peserta tes terbatas maka soal uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa hasil tes dengan baik.
2)      Bila waktu yang dimiliki guru sangat terbatas, maka pembuatan soal tes essay, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil tes, maka soal uraian dapat digunakan.
3)      Bila tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes essay.
4)      Bila guru tidak hanya ingin memperoleh informasi yang tertulis secara langsung dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai atau pendapat.
5)      Bila guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya
*      Klasifikasi Tes Essay (Uraian)
1)      Sediakan kesempatan bagi para siswa untuk mempelajari bagaimana cara mempersiapkan diri dan mengikuti ulangan.
2)      Meyakinkan diri bahwa pertanyaan telah diarahkan dan dirumuskan dnegan hati-hati
3)      Guru harus memiliki kerangka petunjuk dalam penyusunan pertanyaan tes agar tidak menimbulkan salah tafsir peserta tes, apalagi terjadi kritik dari guru yang lainnya.
4)      Jangan menggunakan pertanyaan yang dapat menimbulkan berbagai kemungkinan  jawaban, karena siswa harus mengerjakan tes yang sama.
5)      Sediakan waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam mengerjakan tes.
b.      Tes Objektif
Butir soal objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban yang telah dipasok oleh pembuat butir soal, peserta hanya harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan jawaban peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Secara umum ada tiga jenis tes objektif, yaitu [3]:
a)      Benar salah (true false)
Tipe benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan, yang disertai dnegan alternative jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah, atau keharusan memilih satu dari dua alternative jawaban lainnya. Alternative jawaban itu dapat saja berbentuk benar-salah atau setuju tidak setuju, baik atau tidak baik atau cara lain asalkan alternative itu mutual eksklusif.
1)      Keunggulan
·         Mudah dikonstruksi
·         Perangkat soal dapt mewakili seluruh pokok bahasan
·         Mudah diskor
·         Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berhubungan dnegan ingatan.
2)      kekurangan
·         mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
·         terlalu menekankan pada ingatan
·         meminta respon peserta tes yang berbentuk[4] penilaian absolute sedangkan dalam kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuatu kebenaran absolute tanpa kondisi
3)      beberapa petunjuk konstruksi
·         setiap butir soal harus mnguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial)
·         setiap soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat.
·         Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar
·         Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi peserta tes yang belajar, dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik
·         Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan dengan jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar dan sesingkat mungkin.
4)      Modifikasi butir soal
·         Menyertakan jawaban yang benar bila peserta tes memilih jawaban salah. Dengan memasok jawaban yang eharusnya bila jawaban yang dipilih salah maka peserta tes harus dapat mendemonstrasikan penguasaan bahan yang diujikan.
·         Dalam bentuk penulisan sederhana pernyataan sebagai kelanjutan dari suatu pernyataan sebelumnya.
b)     Menjodohkan (Matching)
Tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama dalah pokok soal atau stem atau bias juga disebut dnegan premis. Kolom kedua adalah jawaban. Tugas peserta tes adalah mencocokkan pernyataan di kolol premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah atau di samping kolom jawaban.
Bila tes harus dikerjakan di lembar jawaban terpisah, maka peenyataan di kolom pertama ditulis urutan nomor, dimulai dengan nomor urut soal sebelumnya. Dengan demikian setiap nomor pernyataan di bawah kolom pertama adalah sebuah stem butir soal yang alternative jawabannya secara bersama terdapat di bawah kolom kedua.
*      Kelebihan :
·         Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan
·         Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan langsung maupun tidak.
·         Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji.
·         Mudah diskor
*      Kekurangan :
Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk dapat menghindarkan kelemahan ini maka konstruksi butir soal tipe ini harus dipersiapkan secara hati-hati.
*      Prinsip konstruksi
·         Pernyataan di kolom pertama dan di kolom kedua masing-masing haruslah terdiri dari haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.
·         Pernyataan di kolom pertama harus lebih sedikit dari kolom kedua.
c)      Pilihan ganda (multiple choice)
Tipe pilihan ganda suatu butir soal yang alternative jawabannya lebih dari dua. Pada umumnya jumlah jumlah alternative jawabannya berkisar 4 atau 5 jawaban.
*      Kelebihan :
·         Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengujur segala level tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
·         Setiap perangkat tes dapat mencakup hamper seluruh cakupan bidang studi
·         Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif.
·         Tipe soal dapat dikonstruksi sehingga menuntuk kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.
·         Jumlah option yang disetiakan lebih dari dua. Karena itu lebih mengurangi keingan peserta tes untuk menebak.
·         Memungkan dilakukakn analisis butir soal secara baik.
·         Tingkat butir soal dapat dikendali, dengan hanya mengubah homogenitas alternative jawaban.
·         Informasi yang diberikan lebih kaya terutama butir soal memiliki homogenitas yang tinggi[5].
*      Kekurangan :
·         Sukar dikonstruksi. Terutama untukl mengkonstruksi butir jawaban yang homogen.
·         Ada kecenderungan guru mengkonstruksikan jawaban hanya bertujuan menguji dan mengukur aspek ingatan peserta tes.
·         “Teswise” mempunyai pengaruh yang berarti terhadap hasil tes.
*      Ragam tipe
·         Pilihan ganda biasa
·         Pilihan ganda analisi hubungan antar hal
·         Pilihan ganda analisis kasus
·         Pilihan ganda kompleks
·         Pilihan ganda yang menggunakan gambar, diagram, grafik atau table.
2.Instrument nontes
Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajra nontes terutama digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor terutama yang berhubungan dengan apa yang dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang akan diketahui dan dipahaminya.  Pengukuran ini merupakan satub kesatuan dnegan alat ukur tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau dapat dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan yang lebih tinggi. Tetpi belumada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya.
*      Menurut  Asnawi Zainul dan Noehi Nasution
Alat ukur keberhasilan nontes yang umum digunakan adalah :
·         Participation Charts atau pembagian partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses belajar adalah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Jadi keikutsertaan tersebut selain merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan untuk mengenai suatu isi pelajaran tertentu, juga untuk menjadikan proses belajar sebagai alat meningkatakan rasa percaya diri, harga diri, dll.
·         Check List (daftar cek)
Esensi dari check list adalah untuk ada atau tidaknya suatu unsure, komponen, sifat, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks.
·         Rating scale (skala lanjutan)
Suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi suatu hubungannya dnegan yang lain.
·         Skala sikap
Sikap sebagai konstruk psikologi harus memenuhi dua criteria yaitu dapat diamati dan dapat diukur.
B.Penilai Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengukur tingkat pencapaian beajar siswa dengan patokan tertentu, dalam hal ini pencapaian terhadap tujuan pembelajaran khusus atau indicator pembelajaran. Skor yang dicapai siswa ditafsirkan sebagai tingkat penguassaannya terhadap perilaku dalam tujuan pembelajaran khusus yang diukur. Persentase skor siswa dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin dicapai, berapa pesrsen siswa menguasai perilaku tersebut? Atau seberapa tingkat penguasaan siswa tertentu terhadap perilaku tersebut? Atau seberapa tingkat penguasaan siswa tertentu terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut?
Ciri-ciri penilaian  acuan patokan:
·         Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dalam jumlah terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
·         Menjelaskan perilaku yang dapat dan tidak dapat dilakukan ole peserta tes.
·         Mementingkan butir-butir relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
·         Digunakan terutama untuk tes penguasaan
·         Penafsiran hasil tes dibutuhkan pendefinisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas.
Penilaian Acuan Norma (PAN) disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes di antara kelompoknya, bukan untuk menetukan tingkat penguassaan  setiap peserta tes terhadap perilaku yang ada dalam tujuan pembelajaran khusus. Tes harus disusun untuk dapat membedakan anatra peserta tes yang satu dengan yang lainnya, anatara peserta yang kurang pandai dnegan peserta ynag pandai lainnya. Butir tes harus dipilih yang mempunyai daya pembeda tertentu, yaitu butir tes yang hanya dijawab dengan benar oleh seluruh atau sebagian besar siswa yang pandai dan tidak atau hanya sebagian kecil siswa yang kurang pandai. Butir tes juga harus mempunyai tingkat kesulitan pengukuran daya pembeda dan tingkat kesulitan butir tes harus dilakukan dalam uji coba sebelum dgunakan di lapangan.
Ciri-ciri penilaian acuan norma :
·         Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sebutir tes untuk setiap periaku.
·         Menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi tingkat pencapain belajar secara relative.
·         Butir-butir tes mementnigkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang, membuang tes yang terlau mudah dan terlalu sulit.
·         Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian kelompok secara jelas.
Prosedur penyusunan tes acuan patokan
Lagkah-langkah dasra dalam menyusun tes adalah :
·         Menentukan maksud tes
·         Membuat table spesifikasi (kisi-kisi soal):
1.      Kolom pertama berisi daftar perilaku atau kata kerja yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus (indikator)
2.      Kolom kedua berisi persentase yang menunjukkan bobot setiap perilaku. Bobot ditentukan atas dasar penting tidaknya dan luas tidaknya perilaku tersebut disbanding perilaku yang lain. Jumlah seluruh perilaku 100%.
3.      Kolom ketiga menunjukkan jenis tes untuk setiap indicator. Jenis tes ditentukan atas pertmimbangan kesesuaian perilaku dalam setiap indicator dengan kelebihan dan kekuranagn setiap jenis tes.
4.      Kolom keempat menunjukkan jumlah butir tes yang dibuat. Jumlah butir tes akan menentukan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.
·         Menuliskan butir-butir soal
Hal yang harus diperhatikan adalah :
1.      Jumlah dan macam butir tes sesuai table spesifikasi
2.      Menggunakan komponen kondisi dalam indicator sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan.
3.      Setiap menulis datu butir tes, ajukan pertanyaan ,”seandainya siswa dapat menjawab pertanyaan atau melakukna perilaku yang dikehendaki oleh butir tes dengan benar, apakanh berarti ia telah mampu menguasai periaku seperti yang tercantum dalam indicator?
·         Merakit tes
Butir tes yang telah selesai ditulis atas dasar jenisnya, kemudian diberi nomor urut 1 dst
·         Menulis petunjuk  untu setiap jenis tes
Petunjuk berisi tentangg cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan untuk menjawab. Petunjuk harus sederhana, singkatd an jelas.
·         Menulis kunci jawaban
Kunci jawaban menunjukkan dua hal, yaitu jawaban yang benar dan cara pemberian skor setiap butir tes.
·         Mengujicobakan tes
Uji coba tes dilakukan untuk melihat :
-          Kualitas tiap butir tes
-          Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab
-          Kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan
-          Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa seperti kalkulator, pensil, dll
-          Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan ditetapkan dalam tes
-          Kejelasan dan kebersihan pengetikan
·         Menganailisi hasil uji coba
Dilakukan untuk melihat dua hal :
1.      Kualitas dari setiap butir tes
2.      Kulaitas teknis penulisan dan kualitas fisik
·         Merevisi tes
Apabial kesempilan langkah ini selesai direncanakan, maka perencanaan pembelajaran dapat mengadministrasikannya dalam bentuk lembar soal atau buku soal.

DAFTAR PUSTAKA
Evelin, Siregar, Teori Belajara dan Pembelajaran (Jakarta : UNJ, 2012)


[1] Evelin, Siregar, Teori Belajara dan Pembelajaran (Jakarta : UNJ, 2012) hal.
[2]  Ibid hal.
[3] Ibid  hal.  
[4] Ibid hal.
[5]Ibid hal 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar