PEMBAHASAN
Macam-macam Instrumen Penilaaian Hasil
Belajar (Tes dan Nontes)
1.Instrument Tes
Tes bisa
didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan
atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Bila dilihat dari konstruksinya
maka tes dapat diklasifikasikan menjadi[1]:
a. Tes Essay (Uraian)
Pengertian Tes Essay (Uraian)
Tes essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dengan cara mngekspresikan pikiran
peserta tes. Cirri khas tes essay adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak
disediakan oleh orang yang menbuat butir soal, tetapi harus dibuat oleh peserta
tes. Jadi yang membedakan tipe soal objektif dan tipe soal uraian adalah siapa
yang menyediakan jawaban atau alternative jawaban terhadap soal atau tugas yang
diberikan. Butir soal uraian hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas (kadang-kadang
juga harus disertai dnegan beberapa ketentuan dalam menjawab soal tersebut).
Dan jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh peserta tes. Setiap peserta tes
harus dapat memilih, menghubungkan dan menyampaikan gagasannya dnegan
menggunakan kata-katanya sendiri. Dengan pengertian ini maka akan segera
kelihatan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin diberikan
secara objektif.
Kelebihan Tes Essay (Uraian)
1) Tes essay dapat digunakan dengan baik untuk
mengukur hasil belajar yang kompleks.
2) Tes bentuk uraian terutama menekankan pada
pengukuran kemampuan dan keterampilan
mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola
berpikir tertentu yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.
Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk
mengekspresikannya
3) Bentuk tes essay lebih meningkatkan
motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes yang lain.
4) Memudahkan guru untuk menyusun butir soal.
5) Tes essay sangat menekankan pada
keterampilan menulis. Karena sangat mendorong siwa dan guru untuk belajar dan
mengajar menyatakan pikiran secara tertulis[2].
Kelemahan Tes Essay (Uraian)
1) Reliabilitas rendah. Artinya skor yang
didapat peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel
diuji ulang beberapa kali.
2) Untuk menyelesaikan tes essay dengan baik
peserta tes dan guru harus menyediakan waktu yang cukup.
3) Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai
dengan bualan.
4) Kemampuan menyatakan pikiran secara
tertulis menjadi hal yang paling utama membedakan prestasi belajar antar siswa.
Penggunaan Tes Essay (Uraian)
1) Bila peserta tes terbatas maka soal uraian
dapat digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa hasil tes
dengan baik.
2) Bila waktu yang dimiliki guru sangat
terbatas, maka pembuatan soal tes essay, sedangkan ia mempunyai waktu yang
cukup untuk memeriksa hasil tes, maka soal uraian dapat digunakan.
3) Bila tujuan yang ingin dicapai adalah
kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan
menulis dengan baik, atau kemampuan bahasa secara tertib, maka haruslah
menggunakan tes essay.
4) Bila guru tidak hanya ingin memperoleh
informasi yang tertulis secara langsung dalam soal ujian tetapi dapat
disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai atau pendapat.
5) Bila guru ingin memperoleh hasil pengalaman
belajar siswanya
Klasifikasi Tes Essay (Uraian)
1) Sediakan kesempatan bagi para siswa untuk
mempelajari bagaimana cara mempersiapkan diri dan mengikuti ulangan.
2) Meyakinkan diri bahwa pertanyaan telah
diarahkan dan dirumuskan dnegan hati-hati
3) Guru harus memiliki kerangka petunjuk dalam
penyusunan pertanyaan tes agar tidak menimbulkan salah tafsir peserta tes,
apalagi terjadi kritik dari guru yang lainnya.
4) Jangan menggunakan pertanyaan yang dapat
menimbulkan berbagai kemungkinan
jawaban, karena siswa harus mengerjakan tes yang sama.
5) Sediakan waktu yang cukup untuk memberikan
kesempatan pada siswa dalam mengerjakan tes.
b. Tes Objektif
Butir soal objektif adalah butir soal yang
telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh
peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban yang telah dipasok oleh pembuat butir
soal, peserta hanya harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Dengan demikian pemeriksaan jawaban peserta tes sepenuhnya dapat
dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Secara umum ada tiga jenis tes objektif,
yaitu [3]:
a) Benar salah (true false)
Tipe benar salah adalah butir soal yang
terdiri dari pernyataan, yang disertai dnegan alternative jawaban yaitu
menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah, atau keharusan memilih satu
dari dua alternative jawaban lainnya. Alternative jawaban itu dapat saja
berbentuk benar-salah atau setuju tidak setuju, baik atau tidak baik atau cara
lain asalkan alternative itu mutual eksklusif.
1) Keunggulan
·
Mudah dikonstruksi
·
Perangkat soal dapt mewakili seluruh pokok bahasan
·
Mudah diskor
·
Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama yang berhubungan dnegan ingatan.
2) kekurangan
·
mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
·
terlalu menekankan pada ingatan
·
meminta respon peserta tes yang berbentuk[4] penilaian absolute
sedangkan dalam kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuatu
kebenaran absolute tanpa kondisi
3) beberapa petunjuk konstruksi
·
setiap butir soal harus mnguji atau mengukur hasil
belajar peserta tes yang penting dan bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh
(trivial)
·
setiap soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya
pengukuran terhadap daya ingat.
·
Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar
·
Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi
peserta tes yang belajar, dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan
benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik
·
Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan dengan
jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar dan sesingkat mungkin.
4) Modifikasi butir soal
·
Menyertakan jawaban yang benar bila peserta tes
memilih jawaban salah. Dengan memasok jawaban yang eharusnya bila jawaban yang
dipilih salah maka peserta tes harus dapat mendemonstrasikan penguasaan bahan
yang diujikan.
·
Dalam bentuk penulisan sederhana pernyataan sebagai
kelanjutan dari suatu pernyataan sebelumnya.
b) Menjodohkan (Matching)
Tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom.
Kolom pertama dalah pokok soal atau stem atau bias juga disebut dnegan premis.
Kolom kedua adalah jawaban. Tugas peserta tes adalah mencocokkan pernyataan di
kolol premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah atau di samping
kolom jawaban.
Bila tes harus dikerjakan di lembar jawaban
terpisah, maka peenyataan di kolom pertama ditulis urutan nomor, dimulai dengan
nomor urut soal sebelumnya. Dengan demikian setiap nomor pernyataan di bawah
kolom pertama adalah sebuah stem butir soal yang alternative jawabannya secara
bersama terdapat di bawah kolom kedua.
Kelebihan :
·
Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan
dengan pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan
·
Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik
yang berhubungan langsung maupun tidak.
·
Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji.
·
Mudah diskor
Kekurangan :
Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk dapat
menghindarkan kelemahan ini maka konstruksi butir soal tipe ini harus
dipersiapkan secara hati-hati.
Prinsip konstruksi
·
Pernyataan di kolom pertama dan di kolom kedua
masing-masing haruslah terdiri dari haruslah terdiri dari kelompok yang
homogen.
·
Pernyataan di kolom pertama harus lebih sedikit dari
kolom kedua.
c) Pilihan ganda (multiple choice)
Tipe pilihan ganda suatu butir soal yang
alternative jawabannya lebih dari dua. Pada umumnya jumlah jumlah alternative
jawabannya berkisar 4 atau 5 jawaban.
Kelebihan :
·
Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengujur segala
level tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks.
·
Setiap perangkat tes dapat mencakup hamper seluruh
cakupan bidang studi
·
Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan
secara objektif.
·
Tipe soal dapat dikonstruksi sehingga menuntuk
kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.
·
Jumlah option yang disetiakan lebih dari dua. Karena
itu lebih mengurangi keingan peserta tes untuk menebak.
·
Memungkan dilakukakn analisis butir soal secara baik.
·
Tingkat butir soal dapat dikendali, dengan hanya
mengubah homogenitas alternative jawaban.
·
Informasi yang diberikan lebih kaya terutama butir
soal memiliki homogenitas yang tinggi[5].
Kekurangan :
·
Sukar dikonstruksi. Terutama untukl mengkonstruksi
butir jawaban yang homogen.
·
Ada kecenderungan guru mengkonstruksikan jawaban hanya
bertujuan menguji dan mengukur aspek ingatan peserta tes.
·
“Teswise” mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
hasil tes.
Ragam tipe
·
Pilihan ganda biasa
·
Pilihan ganda analisi hubungan antar hal
·
Pilihan ganda analisis kasus
·
Pilihan ganda kompleks
·
Pilihan ganda yang menggunakan gambar, diagram, grafik
atau table.
2.Instrument nontes
Alat ukur
untuk memperoleh informasi hasil belajra nontes terutama digunakan untuk
mengukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor terutama yang berhubungan dengan apa yang dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang akan diketahui dan
dipahaminya. Pengukuran ini merupakan
satub kesatuan dnegan alat ukur tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur
apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau dapat dikuasai oleh peserta
didik dalam tingkatan yang lebih tinggi. Tetpi belumada jaminan bahwa yang
mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah
lakunya.
Menurut
Asnawi Zainul dan Noehi Nasution
Alat ukur keberhasilan nontes yang umum digunakan adalah :
·
Participation Charts atau pembagian partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu proses belajar adalah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut. Jadi keikutsertaan tersebut selain
merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang
sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan untuk mengenai suatu isi
pelajaran tertentu, juga untuk menjadikan proses belajar sebagai alat
meningkatakan rasa percaya diri, harga diri, dll.
·
Check List (daftar cek)
Esensi dari check list adalah untuk ada atau tidaknya suatu unsure,
komponen, sifat, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau
satu kesatuan yang kompleks.
·
Rating scale (skala lanjutan)
Suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh
informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi suatu
hubungannya dnegan yang lain.
·
Skala sikap
Sikap sebagai konstruk psikologi harus memenuhi dua criteria yaitu dapat
diamati dan dapat diukur.
B.Penilai
Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengukur
tingkat pencapaian beajar siswa dengan patokan tertentu, dalam hal ini
pencapaian terhadap tujuan pembelajaran khusus atau indicator pembelajaran.
Skor yang dicapai siswa ditafsirkan sebagai tingkat penguassaannya terhadap
perilaku dalam tujuan pembelajaran khusus yang diukur. Persentase skor siswa
dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin dicapai, berapa pesrsen siswa
menguasai perilaku tersebut? Atau seberapa tingkat penguasaan siswa tertentu
terhadap perilaku tersebut? Atau seberapa tingkat penguasaan siswa tertentu
terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut?
Ciri-ciri penilaian acuan patokan:
·
Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dalam jumlah
terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
·
Menjelaskan perilaku yang dapat dan tidak dapat
dilakukan ole peserta tes.
·
Mementingkan butir-butir relevan dengan perilaku yang
akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
·
Digunakan terutama untuk tes penguasaan
·
Penafsiran hasil tes dibutuhkan pendefinisian perilaku
yang diukur secara jelas dan terbatas.
Penilaian
Acuan Norma (PAN) disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta
tes di antara kelompoknya, bukan untuk menetukan tingkat penguassaan setiap peserta tes terhadap perilaku yang ada
dalam tujuan pembelajaran khusus. Tes harus disusun untuk dapat membedakan anatra
peserta tes yang satu dengan yang lainnya, anatara peserta yang kurang pandai
dnegan peserta ynag pandai lainnya. Butir tes harus dipilih yang mempunyai daya
pembeda tertentu, yaitu butir tes yang hanya dijawab dengan benar oleh seluruh
atau sebagian besar siswa yang pandai dan tidak atau hanya sebagian kecil siswa
yang kurang pandai. Butir tes juga harus mempunyai tingkat kesulitan pengukuran
daya pembeda dan tingkat kesulitan butir tes harus dilakukan dalam uji coba
sebelum dgunakan di lapangan.
Ciri-ciri
penilaian acuan norma :
·
Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sebutir
tes untuk setiap periaku.
·
Menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapain belajar secara relative.
·
Butir-butir tes mementnigkan butir-butir tes yang
mempunyai tingkat kesulitan sedang, membuang tes yang terlau mudah dan terlalu
sulit.
·
Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian
kelompok secara jelas.
Prosedur penyusunan tes acuan patokan
Lagkah-langkah dasra dalam menyusun tes
adalah :
·
Menentukan maksud tes
·
Membuat table spesifikasi (kisi-kisi soal):
1. Kolom pertama berisi daftar perilaku atau
kata kerja yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus (indikator)
2. Kolom kedua berisi persentase yang
menunjukkan bobot setiap perilaku. Bobot ditentukan atas dasar penting tidaknya
dan luas tidaknya perilaku tersebut disbanding perilaku yang lain. Jumlah
seluruh perilaku 100%.
3. Kolom ketiga menunjukkan jenis tes untuk
setiap indicator. Jenis tes ditentukan atas pertmimbangan kesesuaian perilaku
dalam setiap indicator dengan kelebihan dan kekuranagn setiap jenis tes.
4. Kolom keempat menunjukkan jumlah butir tes
yang dibuat. Jumlah butir tes akan menentukan waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan tes tersebut.
·
Menuliskan butir-butir soal
Hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Jumlah dan macam butir tes sesuai table
spesifikasi
2. Menggunakan komponen kondisi dalam
indicator sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan.
3. Setiap menulis datu butir tes, ajukan
pertanyaan ,”seandainya siswa dapat menjawab pertanyaan atau melakukna perilaku
yang dikehendaki oleh butir tes dengan benar, apakanh berarti ia telah mampu
menguasai periaku seperti yang tercantum dalam indicator?
·
Merakit tes
Butir tes yang telah selesai ditulis atas dasar jenisnya, kemudian
diberi nomor urut 1 dst
·
Menulis petunjuk
untu setiap jenis tes
Petunjuk berisi tentangg cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan
untuk menjawab. Petunjuk harus sederhana, singkatd an jelas.
·
Menulis kunci jawaban
Kunci jawaban menunjukkan dua hal, yaitu jawaban yang benar dan cara
pemberian skor setiap butir tes.
·
Mengujicobakan tes
Uji coba tes dilakukan untuk melihat :
-
Kualitas tiap butir tes
-
Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab
-
Kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan
-
Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa seperti
kalkulator, pensil, dll
-
Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan
ditetapkan dalam tes
-
Kejelasan dan kebersihan pengetikan
·
Menganailisi hasil uji coba
Dilakukan untuk melihat dua hal :
1. Kualitas dari setiap butir tes
2. Kulaitas teknis penulisan dan kualitas
fisik
·
Merevisi tes
Apabial kesempilan langkah ini selesai direncanakan, maka perencanaan
pembelajaran dapat mengadministrasikannya dalam bentuk lembar soal atau buku
soal.
DAFTAR PUSTAKA
Evelin,
Siregar, Teori Belajara dan Pembelajaran (Jakarta : UNJ, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar